No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Aku Memang Temanmu Namun Bila Kamu Hanya Memanfaatkan Pertemanan Ini Demi Kepentinganmu, Maaf Saja, Aku Akan Berpaling Dan Pergi Menjauh Darimu

Aku Memang Temanmu Namun Bila Kamu Hanya Memanfaatkan Pertemanan Ini Demi Kepentinganmu, Maaf Saja, Aku Akan Berpaling Dan Pergi Menjauh Darimu
Credit: www.zerochan.net

Pertama, artikel ini akan berisi untaian cerita dari salah seorang teman saya, teman ini mengizinkan saya untuk mempublikasikan ceritanya di blog ini, siapa tahu kamu bisa memetik pelajaran dari pengalaman teman saya ini. 

Dalam artikel seri ini, saya akan mengemasnya dengan format cerpen, itu berarti subjek "saya" diganti menjadi "aku" namun di bagian percakapannya saya akan menggunakan subjek yang lebih santai seperti "gue dan lo", kalau kamu pembaca blog ini pasti jeli, ketika saya menulis post dan menjawab komentar, subjek yang saya gunakan berbeda dan saya nyaman dengan itu. :)

Long Short Story

Namaku Riky (bukan nama sebenarnya), saat ini, aku sedang menempuh studi di kampus X dengan jurusan program studi Y. Ceritaku berawal ketika aku dan temanku, Reza, tengah mempersiapkan seminar proposal yang hendak kami kerjakan di semester 7. Kala itu, ia berjanji dan berkata seperti ini padaku:

Reza: "Ky, tenang aja, kalo lo butuh bantuan buat ngerjain semprol, bilang gue aja, gue siap bantuin lo sampe semprol lo kelar deh. Sebagai gantinya, lo juga harus bantuin gue ya. Kalo bisa sih sampe skripsi kita harus saling bantu, oke?"

Riky: "Oke deh." Kata Riky mengiyakan janji dari temannya, Reza.

Riky mengiyakan kesepakatan tersebut, pikirnya, dia akan merasa lebih nyaman dan terbantu olehnya dalam mengerjakan proposalnya itu. Sebelum mulai menulis proposal, langkah awalnya dimulai dari menentukan jenis penelitiannya terlebih dahulu, ada tiga jenis penelitian khusus jurusannya, historis, kuantitatif, dan kualitatif. Mereka pun sepakat untuk memiliki historis sebagai jenis penelitiannya.

Di tengah proses pengerjaan proposal, ketika Riky sudah mengerjakan proposalnya hingga bab 2, Reza pun datang menghampirinya dan mengatakan hal yang tak mengenakkan untuk didengar oleh Riky.

Reza: "Ky, lo yakin bakalan tetep lanjutin proposal jenis historis lo? Apa enggak salah ya? Setahu gue kan lo itu orangnya enggak suka diskusi, beda sama gue, gue rajin diskusi, referensi gue banyak segudang, lihat, buku yang lo punya sedikit, mending lo enggak usah sok deh kalo emang enggak punya banyak referensi kaya koleksi gue, mending lo ganti proposal lo aja dengan jenis kualitatif. Itu sesuai sama kemampuan kapasistas berpikir lo."

Riky hanya bisa terdiam seketika mendengar ujaran yang tak mengenakkan itu, dalam hati, dia berkata pada dirinya sendiri:

"Oh, jadi gitu cara lo memperlakukan gue? Oke, gue emang tahu kalau lo itu emang suka diskusi tapi enggak usah pamer sekaligus merendahkan gitu dong, maksud lo apa sih? Kalau emang lo enggak suka gue ngambil historis yaudah gue ambil kualitatif aja sesuai saran lo, tapi liat aja nanti, gue bakalan buktiin ke lo, za, kalau gue bakalan jadi mahasiswa pertama yang nyelesain semprol dan skripsi di angkatan gue."

- - - - - - - - - - - - - - - Part 1 End - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Kamu tahu bagaimana kelanjutan ceritanya? Iya, Riky berhasil menyelesaikan seminar proposalnya dengan jenis penelitian kualitatif. Judul yang ia angkat untuk diteliti dalam skripsinya adalah mengenai peran dan pengaruh institusi agama dalam memberikan pengaruh yang baik pada etika dan moralitas di kalangan remaja.

Dalam proses pengerjaannya, Riky harus menunda skripsinya untuk sementara waktu dikarenakan program studinya mengadakan kuliah kerja lapangan di luar kota, setidaknya saat ini ia sudah sampai bab 2, kajian teori.

Anggap saja persiapan kegiatan kuliah kerja lapangannya sudah memadai, mereka berangkat ke tempat tujuan KKL, dan begitu Riky dan teman-teman angkatannya selesai mengikuti event itu, itu berarti setiap kelompok diharuskan mengumpulkan laporan KKLnya termasuk kelompoknya Riky. 

Sayangnya, di kelompoknya ada Reza, entah, apa yang Reza pikirkan waktu itu, yang jelas, dia mengabari sekaligus menginstruksikan Riky untuk menyelesaikan laporannya, mengumpulkan, menngedit ulang jikalau terdapat kesalahan yang harus direvisi dalam laporan, dan semua kegiatan itu mengharuskan Riky menemui dosen pembimbing kelompok KKL sendiri, saya ulangi sekali lagi Riky harus mengerjakan laporan itu beserta mengurusi administrasi yang banyak sendirian tanpa dibantu satu orang pun dari kelompoknya! Kenapa ini bisa terjadi? Reza bilang pada Riky, bahwa keputusan ini diambil berdasarkan hasil musyawarah kelompok. 

Oh well, musyawarah macam apa yang memberatkan satu pihak sedangkan pihak lainnya bisa ongkang-ongkang kaki bersantai menikmati cemilan di sofa ditemani kopi hangat sambil begadang menonton tayangan bola di tengah malam!  

Kira-kira, seperti inilah ilustrasi ceritanya:

Reza: "Ky, gue sama anak-anak kelompok udah ngadain musyawarah, hasil keputusan kita itu, kita nunjuk lo buat ngerjain laporan kuliah kerja lapangannya, nanti lo juga ya yang bimbingan sama dosennya ya, kalau semuanya udah beres, kasih tau gue sama anak-anak yang lainnya ya. Oke."

Riky: "Oke deh, kalau emang keputusannya beneran begitu." Kata Riky, sengaja ia mengatakan diksi "beneran" untuk memastikan kalau-kalau apa yang dikatakan oleh Reza adalah benar-benar sebuah kebenaran.

Reza: "Iya beneran kok, anak-anak juga bilang begitu."

Riky masih ragu dengan pernyataannya Reza, pasalnya Reza sudah mengucapkan sesuatu yang buruk dan tak mengenakkan untuk didengarnya. Tak ada salahnya juga memastikannya, bukan? Riky pun menanyai tiga orang lainnya, Zandy, Ayu, dan Nabila.

Betapa terkejutnya Riky begitu ketiga temannya berkata padanya bahwa mereka bertiga tidak tahu menahu mengenai keputusan yang diambil melalui musyawarah kelompok sama sekali seperti apa yang telah Reza katakan pada Riky. Sontak, Riky menjadi begitu kesal dan marah pada Reza karena telah membohonginya, teman-teman kelompoknya pun ikut kecewa dengan perlakuan Reza terhadap Riky, bagi mereka, kini, Reza hanya seorang pembohong belaka yang hanya mementingkan kesenangan pribadi yang berharap laporan itu selesai dengan sendirinya tanpa harus mengeluarkan sedikit peluh tenaga dan kerja keras sedikitpun.

Kini, Riky menyadari 3 hal;

Pertama, Reza telah melanggar kesepakatan awal dengannya jikalau ia mau dan siap untuk saling membantu dalam pengerjaan seminar proposal dan skripsinya.

Kedua, Reza sudah merendahkan dan meremehkannya jikalau ia tak akan mampu mengerjakan skripsi dengan genre historis, ucapan tak bisa ditarik, begitu juga ucapan kasar yang telah ia lontarkan pada Riky.

Ketiga, Reza telah tega membohonginya dan memanfaatkannya untuk menyelesaikan laporan kuliah kerja lapangan sendirian karena ia berpikir Riky pasti akan dengan mudah percaya lewat informasi yang telah ia manipulasi sedemikian rupa.

- - - - - - - - - - - - - - - Part 2 End - - - - - - - - - - - - - - - - - - 


- - - - - - - - - - - - - - - Last Chapter - - - - - - - - - - - - - - - - - - 

Akhir dalam cerita ini: Riky berhasil membuktikan pada Reza kalau dia bisa menyelesaikan skripsi genre kualitatifnya lebih cepat dari siapa pun diantara teman seangkatannya. Lantas, bagaimana kabar Reza dan skripsinya?

Reza kini tengah bermasalah dalam pengerjaan skripsi genre historisnya, ia memang memiliki segudang referensi dibandingkan teman-teman seangkatannya, namun keangkuhannya berbalik menjatuhkan dirinya pada kondisi sekarang ini, ia kesulitan dalam merangkai pola kalimat, paragraf dan ide untuk pendalaman materi di skripsinya, dosen pembimbing skripsinya pun kecewa karena Reza tidak dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu padahal dalam waktu dekat ini program studinya akan mengadakan sidang skripsi. Ditengah kesulitannya itu, Reza tetap tidak tinggal diam, dia kerap kali memaksa Riky untuk menghubungi dosen pembimbingnya supaya dia bisa bimbingan, padahal itu tanggungjawabnya sendiri, lalu Riky pun pergi berpaling menjauh dan tak menggubris permintaanya lagi.

Begitulah, hidupmu bergantung pada caramu memperlakukan sesamamu baik itu keluarga, teman terdekat, sahabat, atau bahkan kekasihmu. Kalau kamu menebarkan benih kebaikan lewat tingkah lakumu, bersyukurlah, kelak, kebaikan itu akan kembali lagi padamu dengan cara yang tak kamu duga sama sekali.

Terimakasih kepada Riky yang telah mengizinkan saya menulis ceritanya di blog ini, semoga sidang skripsinya dipermudah ya. :)

Pesan moral apa yang bisa kamu petik lewat cerita ini?