No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Menjadi English Debater Sekaligus Menjadi Gravitasi Yang Bermanfaat Di Lingkungan Kampus

Menjadi English Debater Sekaligus Menjadi Gravitasi Yang Bermanfaat Di Lingkungan Kampus

"Kemampuan bahasa Inggris pas-pasan, serta tidak pernah menyelesaikan pendidikan kursus bahasa Inggris karena terkendala biaya. Tapi itu bukanlah alasan untuk tidak memiliki mimpi, terutama mimpi untuk memberikan manfaat dengan menjadi English Debater."
Agung Kharisma


Kalau setiap orang ditanya, "Kamu mau enggak dapet kesempatan untuk memberi manfaat untuk teman-temanmu di kampus dengan jadi English Debater?" Pasti hampir sebagian besar orang akan menjawab, "Mau!!! Tapi . . . Bahasa Inggris saya jelek, mana mungkin bisa jadi English Debater, tapi . . . otak saya pas-pasan, bisa lulus mata kuliah bahasa Inggris aja, saya sudah merasa beruntung bisa lulus, tapi . . . Saya tidak mahir berbicara dalam bahasa Inggris, bisa ngomong satu dua kalimat tanpa grogi aja udah seneng, Jadi English Debater pasti sulit walaupun katanya dibimbing sama senior dan anggota komunitas debat yang pastinya lebih hebat dibandingkan dengan saya, tapi...  tapi... tapi..." begitu banyak kata tapi yang akan mengikuti jawaban mereka setiap kali saya ingin mengajak mereka ikut menjadi English Debater.

Merasa pesimis, tak mampu, ragu, dan pada akhirnya menyerah. Begitulah reaksi kebanyakan orang yang saya temui ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang ikut aktif kegiatan debat bahasa Inggris.  Padahal, kalau kita mau membuka mata sedikit, bertanya dengan orang-orang yang pernah ikut lomba debat bahasa Inggris dan memenangkannya, kita akan tersadar bahwa ada diantara mereka yang kemampuan bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus. Ada yang otaknya pas-pasan; untuk mengerti topik debat dan membuat argumen saja butuh waktu lebih lama dibanding orang lain, serta ada juga yang kemampuan retorikanya saat di depan umum biasa-biasa saja. Tetapi, semua kekurangan itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk menjadi English Debater dan memenangkan lomba debat pertama mereka serta memberikan manfaatnya pada orang-orang di sekitarnya.


"Dream, that's what lights up our life"


Saya punya cerita, tahun 2014 lalu, saya bertemu dengan kakak kelas yang punya se-visi mendirikan komunitas debat bahasa Inggris di kampus. Sebut saja mereka dengan nama kak Sonang, kak Idos, kak andri, Kak Jojo, Dan Kak Rindina. Saat itu, saya dan kakak kelas yang lain memilih untuk mengajak teman-teman mahasiswa yang lain untuk ikut bergabung dengan kami menjadi English Debater.

Ketika setiap kali mengajak seseorang untuk bergabung, ada yang menolak dengan baik-baik, namun ada juga yang menolak dengan kasar atau bahkan meremehkan. Rata-rata mereka tidak ingin bergabung dengan kami karena mereka tidak mau bergabung dengan organisasi yang masih baru dibangun, tidak punya prestasi, tidak memiliki pendanaan yang baik, tidak memiliki banyak relasi, dan belum diakui oleh kampus karena memang tidak ada ukm debat bahasa Inggris di tahun 2014.

Saat itu, bahkan ada yang tidak suka dengan komunitas yang ingin saya dirikan ini, mereka bilang komunitas ini malah akan mengurangi jumlah mahasiswa yang ikut bergabung dengan himpunan mahasiswa bahasa Inggris, hingga seringkali kami dan teman-teman himpunan mengadakan pertemuan untuk membahas hal itu. Meskipun faktanya, jumlah mahasiswa yang bergabung dengan himpunan mahasiswa tidak berkurang sama sekali hanya karena kami mendirikan komunitas debat bahasa Inggris.

Wajar memang bila mereka berpikir dan bertanya kenapa orang seperti saya yang kemampuan bahasa Inggrisnya biasa-biasa saja ini, bahkan tidak punya prestasi di bidang debat bahasa Inggris bisa-bisanya bersikeras ingin mendirikan komunitas debat bahasa Inggris di kampus.

Mendapati kenyataan seperti itu, saya hanya bisa tersenyum sambil terus berusaha supaya bisa mewujudkan apa yang saya impikan. Untungnya saya tidak sendirian, ada kakak kelas yang dengan senang hati berjuang bersama. Impian kami hanya satu, yaitu mendirikan komunitas debat bahasa Inggris pertama di kampus ini. Kami mendirikannya karena kami memang membutuhkannya. Sulit memang, ujian dan kesulitan pasti menghampiri. Tetapi, mundur dan menutup mimpi untuk mendirikan komunitas bahasa Inggris bukanlah solusi. Itu hanya akan membuat hidup bertambah pedih. Oleh karena itu, ketika mimpi sudah ditekadkan, ikhlaskan hati untuk mengejarnya. Siapkan segudang rencana untuk menaklukan segala tantangannya.


"Don't let others tell you what you want!"


Sejak meniatkan diri untuk menjadi English Debater dan juga membangun komunitas debatnya di kampus,  saya tahu kalau keinginan ini tidak mudah untuk diraih, tapi saya tidak mau orang lain mendikte apa yang saya inginkan. Saya tahu ini sulit, itu berarti saya dan kakak kelas yang lain harus berusaha lebih keras lagi supaya ke depannya komunitas ini memiliki pembina debat tetap, prestasi lewat memenangkan lomba debat bahasa Inggris, pelatihan debat dari ahlinya, dan membuat acara debat bahasa Inggris pertama kami di kampus.

Satu persatu keinginan kami mulai tercapai seiring jalannya waktu. Kami bersyukur, apa yang telah kami usahakan demi membesarkan komunitas debat bahasa Inggris ini terbayar dengan indah. Banyak pencapaian yang awalnya kami ragu dan takut tak bisa mendapatkannya, namun usaha dan do'a kami yang tiada henti telah membesarkan komunitas ini, komunitas dimana kami dipertemukan, saling belajar, berbagi cerita, tertawa, berjuang, merasakan kekalahan dan kemenangan bersama, kami menamainya English Debating Society (EDS) UHAMKA.

Prestasi EDS UHAMKA
Prestasi EDS UHAMKA

"We are all faced with a series of great opportunities brilliantly disguised as impossible situation" - Charles.S.Swindoll

Saya percaya setiap orang memiliki kesempatan bagus untuk mengembangkan dirinya, walau terkadang sebenarnya kesempatan itu seringkali dibungkus dengan sesuatu yang mustahil. Coba kamu bayangkan, saya dan kakak kelas yang lain awalnya pesimis, ragu, dan takut menghadapi segala tantangan yang ada di depan mata kami, jangankan ingin menang, kemampuan debat bahasa inggris saja pas-pasan, kami juga tidak punya pembina komunitas yang bisa membimbing kami, apalagi tidak ada yang mau melatih kami pada awal-awal mendirikan komunitas ini. 

Kami hanya bisa berusaha semaksimal yang kami mampu dan berdoa tiada henti supaya kami bisa melewati setiap ujian yang ada. Kabar baiknya, usaha kami terbayar, komunitas ini sudah memiliki banyak pencapaian.

Andai saja di awal tahun 2014 kami takut mencoba mendirikan komunitas ini, mungkin adik-adik kelas kami tidak akan pernah mengenal apa itu English Debating Society UHAMKA.

Andai kami menyerah ketika dihadapkan kesulitan mencari anggota baru sekaligus diremehkan karena belum memiliki prestasi, mungkin kami tidak akan pernah memperoleh 11 pencapaian yang telah kami genggam saat ini.

"Everything has a price on it. Sometimes, some invaluable things do not cost your money, but your courage, faith, and enthusiasm." - Quote

Terkadang, segala sesuatu punya harga yang harus dibayar. Hanya saja, beberapa hal dalam hidup ini tidak bisa didapatkan atau dibeli dengan uang. Hal-hal tersebut menuntut keberanian, keyakinan yang teguh, dan antusiasme dari diri kita untuk mendapatkannya, termasuk menjadi English Debater sekaligus membangun komunitas yang bisa menjadi gravitasi dimana orang-orang disekitarnya bisa memperoleh manfaat darinya.

Selama menjalani aktifitas sebagai English Debater, saya belajar dari pengalaman yang telah lalu mengenai arti pentingnya komunikasi yang efektif sewaktu membangun komunitas ini. Dulu, saya seringkali tidak bisa dihubungi oleh kak Sonang karena ponsel saya tidak begitu bagus, sedikit-sedikit suka non-aktif karena baterainya bocor, saya merasa tidak enak hati dengannya, siapa tahu dia ada keperluan penting seperti membahas lomba debat bahasa Inggris yang akan kami ikuti bulan ini, andai saya memiliki ponsel pintar yang bagus seperti Luna Smartphone, kapasitas baterainya 3000mAh, tentu dengan ponsel pintar yang didukung baterai berdaya tinggi seperti ini, saya tidak akan terkendala untuk berkomunikasi dengan kakak kelas saya di komunitas.

Baterai Smartphone Luna Daya Tahannya Lama dan Kapasitasnya Besar

Selain itu, sedari dulu, saya ingin sekali mendokumentasikan setiap momen bersama di komunitas ini, baik itu latihan, atau bahkan saat mengikuti perlombaan debat bahasa Inggris seperti EDC, IVED, NUDC, IRON, JFF, HAMED, UEDC dan lomba-lomba lainnya. Karena ponsel saya jatuh sewaktu di perjalanan menuju Banten, kameranya jadi jelek, hasil jepretannya selalu saja buram, padahal kalau punya ponsel pintar seperti Luna Smartphone yang resolusi kamera utamanya 13 MP, pasti saya bisa mengambil foto bersama kakak kelas saya sewaktu latihan dan lomba debat bahasa Inggris. 

Kamera Smartphone Luna Berkualitas Tinggi Cocok Buat Kamu Yang Suka Foto-foto
  
Bahkan, sewaktu saya mendapatkan undangan Jungleland sewaktu launching wahana hidrolift baru mereka, saya meminjam ponselnya ka Sonang dan ka Idos untuk selfie, padahal kan kalau punya ponsel pintar yang kamera depannya 8 MP seperti Luna Smartphone, pastinya saya tidak harus terus meminjam ponsel mereka dan bisa lebih leluasa mengambil foto selfie.

Edisi jalan-jalan ke jungleand bareng kakak kelas EDS
Edisi jalan-jalan ke jungleand bareng kakak kelas EDS
Edisi jalan-jalan ke jungleand bareng kakak kelas EDS

Namanya juga English Debater, sewaktu ikut lomba debat bahasa Inggris, kita pasti bakalan dikasih waktu 15 menit untuk case build, pada momen-momen inilah yang harusnya bisa dipake buat searching materi debat dan buat argumennya.

Bagian menyebalkannya itu pas koneksi internet hp malah lambat banget pas lagi dibutuhin di momen-momen penting gini. Udah deh, kena omel ka Sonang, dia mah udah buat argumen banyak, lah saya belum buat sama sekali. Hehe : D

Kak Sonang dan Saya sedang case building di lomba debat bahasa Inggris

So, buat kamu yang jadi English Debater, kamu harus punya ponsel dengan koneksi internet yang cepet, soalnya fitur ini bener-bener dibutuhin sewaktu case building. Pengen deh punya ponsel pintar Luna Smartphone yang koneksi internet 4G-nya cepet banget, kalau ada ponsel ini, saya bisa leluasa nyari materi-materi bagus di internet.

Dual Sim Micro Card dengan Koneksi 4G yang cepat

"Knowledge is power" - Francis Balcon

Kabar baiknya, kalau kamu memiliki sumber daya internet yang cepet di ponsel pintarmu seperti Luna Smartphone, kamu bisa mendapatkan akses yang luas untuk mendapatkan informasi terkini yang up-to-date, melalui informasi itu, kamu bisa menggunakannya sebagai pendukung argumenmu menjadi lebih kuat lagi. Dalam struktur argumen, ada yang namanya "Evidence" yang maknanya pembuktian, biasanya English Debater diharuskan menampilkan data riil di lapangan (fakta) yang bisa menguatkan statement dan penjelasan argumenmu, dengan begitu, juri bisa memberikan skor yang tinggi untuk performamu sewaktu presentasi.

Memori Internal dan Eksternal Luna Smartphone Besar

Keinginan lainnya, saya ingin sekali mengambil video sewaktu lomba. Melalui video itu, saya ingin mengevaluasi kinerja tim kami sewaktu perlombaan debat bahasa Inggris berlangsung. Masalahnya adalah selain kualitas kamera saya yang tidak mumpuni karena ponsel saya jatuh, kapasitas memori saya kecil, itu berarti kapasitas memori juga penting sekali dalam pembuatan video. 

Pada akhirnya, saya harus puas hanya dengan video di ronde pertama saja, sedangkan saya tidak punya data di ronde selanjutnya karena memang memori ponsel saya penuh, kalau saja saya punya Luna Smartphone yang kapasitas memori internalnya 64 GB, saya pasti bisa membuat dokumentasi video dari ronde pertama hingga final sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran bersama kakak kelas saya di komunitas debat bahasa Inggris kami. Kalaupun memori internalnya penuh, masih ada memori eksternal sebesar 128 GB. Oh well, kalau memorinya sebesar ini sih, saya bisa merekam banyak video debat bahasa Inggris selama perlombaan.

Last but not least, saya pikir, sebagai English Debater yang harus terus mengembangkan kualitas dirinya, saya harus punya ponsel pintar dengan performa terbaik seperti Luna Smartphone sehingga aktifitas saya sebagai English Debater menjadi lebih terbantu dan bisa menampilkan performa maksimal saya.

Ini cerita saya selama menjadi English Debater di komunitas debat bahasa Inggris di kampus, bagaimana menurutmu?