No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Mau Jadi Freelancer Karena Keleluasaan Waktu Yang Tak Terbatas Saat Bekerja? Pastikan Kamu Tahu Suka Dukanya Terlebih Dahulu Sebelum Bekerja Menjadi Freelancer Supaya Tidak Menyesal Di Lain Hari

Mau Jadi Freelancer Karena Keleluasaan Waktu Yang Tak Terbatas Saat Bekerja? Pastikan Kamu Tahu Suka Dukanya Terlebih Dahulu Sebelum Bekerja Menjadi Freelancer Supaya Tidak Menyesal Di Lain Hari
Dokumentasi Pribadi
Kamu bosen kerja jadi karyawan karena gajinya kecil dan tidak ada kenaikan sama sekali meskipun sudah berusaha maksimal? Tentunya kamu tidak sendiri, ada orang di luar sana yang mengalami hal yang sama denganmu, mereka juga dihadapkan dengan pilihan bertahan atau resign mencari kerja di tempat lain sambal mencari peruntungan rezeki menjadi freelancer sembari menunggu panggilan kerja selanjutnya.

Sebelum resign, ada baiknya kamu tahu terlebih dahulu suka dukanya menjadi seorang Freelancer, khususnya di Indonesia. Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya selama menjadi pekerja lepas baik itu sebagai pengajar Bahasa Inggris, pelatih debat Bahasa Inggris, desainer grafis, content writer, film reviewer, juri lomba, dan penerjemah dokumen sepanjang tahun 2017 ini.

Suka Duka Menjadi Seorang Freelancer

1. Keleluasaan Waktu Yang Banyak Tapi Pendapatan Tak Tentu

Enaknya jadi freelancer itu bisa ngerjain jobnya dimana aja dan kapan aja. Namun, dibalik keleluasaan waktu tersebut, bisa saja kamu malah nganggur sebulan karena enggak dapet klien. Pendapatan paling tinggi yang saya dapatkan dari freelance itu jadi guru kursus Bahasa Inggris , yaitu Rp. 600.000 dan jadi juri lomba debat Bahasa Inggris: Rp. 750.000. Untuk pekerjaan selain ini, bayarannya lebih rendah lagi, bisa dibawah Rp. 300.000.

Fakta yang harus kamu hadapi ketika menekuni aktifitas ini adalah pekerjaan ini beresiko tidak menghasilkan ketika kamu gagal menggaet klien, no client, no money for a month. Tapi buat mahasiswa rantau seperti saya, dapet job freelance itu lumayan. 


2. Bertemu Dengan Berbagai Jenis Kepribadian Klien 

Saya pernah mendapatkan job freelance dari klien yang baik, selain memberi imbalan uang, saya juga mendapat traktiran makan, atau bahkan nonton di bioskop. Sebaliknya, saya juga pernah mendapat klien yang tidak menjelaskan detail jobdesk pekerjaannya dan menuntut cepat diselesaikan, namun ketika pekerjaannya selesai dan sudah dikirim, semuanya minta direvisi, literally semuanya from A - Z direvisi!

Dia bilangnya enggak sesuai sama yang dia mau. Oh well, why didn't you tell me what did you want earlier? Kan buang-buang waktu. Karena capek dan agak kesal, saya cancel jobnya tapi dia enggak mau, minta dikerjakan sebisanya aja sambil ngasih tahu apa yang dia mau tanpa adanya uang kompensasi karena saya sudah kehilangan waktu seminggu, akhirnya saya menyelesaikan jobnya seminggu kemudian.

Ketika diminta bayaran, bayarnya telat dua minggu, udah enggak bilang spesifikasi kerjaannya sampe buang waktu seminggu, revisi lagi seminggu, harus nunggu dua minggu pula baru dibayar.

Kalo ketemu klien begini, tegasin dari awal ya mau dia apa, bayarannya bisa tepat waktu enggak, trus ada kompensasi waktu yang udah kita habiskan kalau-kalau kita bekerja diluar jam yang sudah disepakati. Segala hal itu penting dan harus dilakukan diawal.

Pernah juga ketemu klien yang jobnya itu match banget sama saya, dia minta dibuatkan artikel materi Bahasa Inggris yang ditulis dengan Bahasa Indonesia, dia meminta portofolio saya, saya kirim, namun setelah menghabiskan waktu 2 jam membicarakan jobnya, ujung-ujungnya dia malah beralasan tidak jadi alias minta cancel dan malah mengeluarkan saya dari grup freelance yang adminnya dia juga.


3. Siap-siap jobnya direbut oleh kompetitor dan enggak dibayar

Saya pernah dapet job buat jadi pengajar Bahasa Inggris, materinya debat Bahasa Inggris, kaya jadi coach alias pelatih sih. Udah deal, mereka kasih timeline waktunya, pas pertemuan pertama saya dateng dan ngajar, begitu selesai, hal tak terduga terjadi. Ada panitia yang mendekati saya dan bilang kalau sebenernya pengajarnya diganti dengan alasan pimpinan kampusnya maunya dosen yang mengajar, lucunya, mereka tidak memberikan kompensasi uang untuk pertemuan itu, walaupun untuk sekedar ongkos bensin. Oh well, if you want others treat you well, you must start it from yourself.


4. Harus punya banyak koneksi

Percaya atau enggak, punya koneksi yang luas itu adalah keharusan bagi seorang freelancer. Kenapa? Soalnya, koneksimu inilah yang nantinya bisa menjadi klienmu di kemudian hari. Misalnya saja, ada teman saya yang sedang mempersiapkan beasiswa ke Jepang dan butuh menerjemahkan dokumen ke Bahasa Inggris segera, dia menghubungi saya, kemudian, saya menyanggupinya, job selesai, bayaran dikirim deh.

Bisa juga jobnya datang dari orang yang belum kamu kenal, dan ketika ditanya mereka tahu soal kamu darimana, mereka menjawab kalau mereka direkomendasikan oleh temannya yang juga kenal denganmu. Saya pernah mengalaminya.


Kesimpulan

Pekerjaan apapun pasti ada sisi baik dan buruknya, termasuk bekerja sebagai freelancer. Disatu sisi, menjadi freelancer memberikan keleluasaan yang tidak dimiliki karyawan pada umumnya, tidak harus bekerja berangkat pagi-pagi ke kantor, belum lagi kalau kena omelan bos karena telat datang karena terjebak macetnya ibukota. 

Disisi lain, freelancer juga punya konsekuensi yang harus dibayar karena memilihnya, seperti bertemu klien yang tidak bisa diajak kerjasama, curang, tidak membayar, pendapatan tidak pasti, dan harus punya koneksi.

Setelah melakukan refleksi, saya pikir, bekerja sebagai freelancer tetap bisa kita ambil sebagai penambah passive income, tapi harus diingat, kita tidak harus menerima semua tawaran job yang berlebihan ya, nanti kewalahan, dan juga, ada baiknya kamu tidak resign dari pekerjaan tetapmu supaya tetap dapat uang bulanan dan tambahan dari job freelance. Semoga cerita ini bermanfaat ya.