No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

How Small Talk Is Still Matter Nowadays

How Small Talk Is Still Matter Nowadays
Credit: MyAnimeList

Terkadang, sapaan bisa merekatkan hubungan pertemanan. 
Namun juga bisa sebaliknya, sapaan yang tak berbalas bisa saling menjauhkan.


Menyapa dan membalas sapaan mungkin terlihat sepele dimata kita karena semua orang bisa melakukannya dan sering kita temui dalam keseharian. 

Terkadang, dalam situasi tertentu, menyapa terasa begitu penting, bila kita pikirkan baik-baik, semua obrolan seru berjam-jam dimulai dengan kalimat sapaan, entah itu menanyakan kabar, mengucapkan selamat pagi, atau hanya sekedar memanggil nama.

Dalam kultur organisasi kampus, himpunan saya selalu menghimbau semua anggotanya, baik pengurus, maupun kader untuk saling bertegur sapa saat bertemu di jalan, kampus, kantin, atau dimanapun itu. 

Begitu kami saling bertegur sapa, saat menjalani kegiatan berorganisasi hubungan kamipun makin erat. Komunikasi berawal dari sapaan, setelah itu kita mulai membicarakan banyak hal, membahas kegiatan kampus, mengembangkan minat dan bakat mahasiswa lewat program himpunan, evaluasi kinerja pengurus, hingga mengirim delegasi himpunan untuk kegiatan penting seperti baksos atau relawan pengajar.

Sebaliknya, komunikasi kami bisa rusak hanya karena masalah komunikasi karena tidak saling bertegur sapa, misalnya si A bertemu si B di kantin kampus, si A menyapa si B, namun si B cuek dan tidak mau balik menyapa si A. Akhirnya urusan di organisasi jadi berantakan, mulai dari saling melempar tanggungjawab, saling menyalahkan, atau bahkan lebih parah lagi keluar dari organisasi.

Diluar konteks organisasi, keseharian misalnya, kita akrab melihat orang lain saling bertegur sapa atau bahkan kita sendiri yang memulai menyapa teman kita.

Namun, permasalahan muncul seketika sapaan kita tak dihiraukan oleh orang lain, tentu kita bisa memaklumi bila orang yang kita sapa sedang mengendarai sepeda motor dimana ia harus fokus melihat jalan di depan sehingga sulit membalas sapaan kita. 

Saya juga sering kali mendapati teman saya menyapa saat saya sedang mengendarai motor, kalau jalan sedang tak ramai, saya berhenti dan membalas sapaannya, namun, bila jalanan sedang ramai, saya tidak bisa berhenti begitu saja atau memalingkan wajah ke arah orang yang menyapa saya, sedangkan bisa saja mobil atau motor di depan saya berhenti mendadak dan akhirnya terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.

Kita juga memaklumi kalau orang yang kita sapa tidak bisa membalas sapaan kita kalau ada orang lain yang sedang mengajaknya ngobrol, tapi beda halnya kalau situasinya kalau dia sedang duduk sendiri dan tidak sedang ngobrol dengan siapapun. Is it too hard to reply greeting from your friends that you rarely met?       

Kemarin, saya mengalaminya, saya menyapa salah seorang teman seangkatan di kampus, saya memulai menegur sapa dengan memanggil namanya, tapi dia hanya melihat sebentar lalu memalingkan wajahnya ke arah lain tanpa membalas sapaan saya. Oh well, setelah itu, saya merasa agak canggung, soalnya saat saya memanggilnya, disitu sedang ada banyak orang.

Saya tidak marah dengannya, saya pikir, ini bukan pertama kalinya saya menyapa orang yang saya kenal dan ia tak menyapa balik, and I am fine with this and don't really care about it. Catatan ini saya tulis hanya untuk menuangkan pikiran yang menumpuk mengenai kejadian itu, dengan menuliskan kejadian yang mengganggu pikiran dalam tulisan bergenre refleksi, siapa tahu pembaca blog ini yang pernah mengalami kejadian serupa bisa mengambil manfaat dari tulisan ini.

Last but not least, kita tak pernah bisa mengatur respon orang lain sebagaimana yang kita inginkan, kalau memang ia tak mau menyapa balik, tak apa, itu haknya, tak usah diambil hati ya, bukan tugasmu untuk merasa terbebani karena respon yang tak mengenakkan itu, lebih baik, luangkan waktumu untuk orang-orang yang memang peduli denganmu, yang benar-benar tulus berteman denganmu hingga ia tak sungkan untuk menyapamu terlebih dahulu atau membalas sapaanmu.