No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten - Teaching In Small Village

Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village

Mengajar di perkotaan besar dimana segala fasilitas akademik lengkap tersedia mungkin tidak memberikan banyak kendala dan tantangan tersendiri bagi pengajar. Namun, beda ceritanya kalau kita dikirim mengajar di sebuah desa yang nan jauh dari perkotaan.

Iya, saya dan teman-teman pernah dikirim untuk menjadi tim pengajar di sebuah desa, desa itu bernama Ciboleger, letaknya ada di daerah Banten. Kami mengajar di desa tersebut selama satu minggu, dalam waktu-waktu itu banyak cerita yang terjadi dan masih terkenang hingga tulisan ini diterbitkan lewat blog ini. Selama mengajar di desa ini, tentunya kami perlu tempat menginap, beruntungnya warga sekitar mengizinkan kami untuk tinggal di rumahnya untuk seminggu.

Hari pertama mengajar, pada awalnya saya berpikir bahwa kami akan mengajar sesuai dengan bidang studi masing-masing. Namun, pada kenyataannya, kami diharuskan mengajar bidang studi yang sama sekali berbeda dengan latar belakang keilmuan kami. Jadi, pihak sekolah menganjurkan kami mengajar mata pelajaran sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah.

Jangan bayangkan kelas ideal yang memiliki fasilitas proyektor, speaker dan media teknologi  mendukung pembelajaran lainnya seperti sekolah perkotaan pada umumnya. Bahkan whiteboard dan spidol marker saja tidak ada, satu-satunya fasilitas yang ada hanya papan tulis kayu dan kapur.

Kelas dimulai pukul 7.30 pagi ini, saya pun bergegas menuju kelas 3 SD. Betapa terkejutnya saya, belum genap pukul 7.30, murid-muridnya sudah penuh dan siap belajar. Ketika saya masuk kelas, saya mengucap salam, mereka pun menyambut salam itu bersama-sama. Pagi itu, saya mengajar mata pelajaran pkn. Selagi menjelaskan materi, murid-murid itu sangat serius memperhatikan, mereka terlihat sangat senang belajar. 

Siangnnya, sekitar pukul 10, saya mengajar di kelas 2 SD, saya mengajar mata pelajaran akidah dan menggambar. Oh well, mengajar anak kecil terasa menyenangkan sekaligus melelahkan, pasalnya bocah-bocah ini sangat aktif dan bagian yang menariknya, mereka ingin diperhatikan oleh gurunya, alhasil saya harus memperhatikan mereka satu-persatu, tak apa, beginilah menjalani profesi guru, setidaknya, sebelum saya lulus kuliah dan mengajar baik itu menjadi guru di sekolah atau dosen di kampus, saya sudah memiliki beberapa pengalaman mengajar.

Berbeda dengan hari sebelumnya, kalau sebelumnya saya mengajar di sekolah dasar, sekarang saya mengajar di sekolah menengah pertama just called it "SMP", kali ini saya mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Well, mata pelajaran ini sesuai dengan bidang studi saya di kampus. Murid-murid ini terlihat begitu senang sekali ketika saya dan teman-teman mengajar di sekolah mereka, iya, mungkin jarang sekali ada mahasiswa yang mau datang jauh-jauh dari perkotaan hanya untuk berkunjung ke pedesaan, bertemu dan mengajar di sekolah mereka. Di akhir pelajaran, saya mengadakan evaluasi, bentuknya mudah, saya memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah saya ajarkan, ketika ada siswa yang berani menjawab, saya berikan dia snack, murid-murid itu tampak senang ketika mendapat hadiah kecil itu.

Hari selanjutnya, saya ditempatkan mengajar di sekolah menengah kejuruan dekat sekolah tempat saya mengajar sebelumnya. Guru sekolah itu bercerita kepada saya, murid-murid sekolah ini adalah angkatan pertama, murid-murid itu berasal dari desa Ciboleger, mereka juga tidak dipungut biaya, bagian terpentingnya, asalkan mereka mau belajar, itu sudah cukup, mereka bisa bersekolah disitu. Lagi, saya diminta untuk mengajar mata pelajaran bahasa Inggris oleh guru sekolah itu, saya mengiyakan permintaannya, dan setelah itu saya mengajar di kelas.

Begitulah rutinitas kami disana, pada hari-hari terakhir, weekend, kami berkunjung ke baduy luar. Kebetulan desa Ciboleger berbatasan dengan baduy luar, berikut dokumentasinya:

Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village

Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village
Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village
Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village
Pengalaman Mengajar SD, SMP, dan SMK di Desa Ciboleger, Banten -  Teaching In Small Village


Saya berharap, pemerintah daerah lebih memperhatikan pengembangan infrastruktur sekolah-sekolah di pedesaan, karena mendapatkan tempat belajar yang nyaman dan kondusif adalah hak setiap orang khususnya para pelajar. Dalam artikel ini, saya tidak bisa menampilkan foto-foto gedung sekolahnya karena ponsel nokia saya rusak. Sebagai gambaran, sekolah dasarnya menggunakan 2 tempat, 1 kelas ada di dekat lapangan, gedung itu terbuat dari papan kayu, jendelanya dari anyaman bambu, satu papan tulis kayu, dan kapur sedangkan kelas lainnya menggunakan ruang guru untuk belajar, itu berarti mereka harus belajar bergiliran dengan kelas lainnya. Sekarang, gedung smp, walaupun di kelas tersedia meja dan kursi, atapnya sudah banyak yang rusah bahkan rentan sekali roboh. Untuk gedung SMK, ruang kelas terdiri dari 3 kelas untuk belajar, 1 ruang guru, dan ruang lab komputer, keadaannya memang lebih baik dibanding sekolah dasar dan menengah, namun masih banyak fasilitas yang belum tersedia di sekolah itu.

Selama di desa itu, saya mendapatkan banyak pembelajaran hidup yang berharga. Mulai dari anggapan masyarakat terhadap mahasiswa, masyarakat punya anggapan bahwa mahasiswa itu bisa segalanya, bermula dari anggapan itu, ketika saya dan teman-teman harus mengajar mata pelajaran yang berbeda dengan bidang keilmuan kami, kami harus siap, mempersiapkan bahan materinya, berdiskusi sebelum mengajar dan lain-lain, saya dan teman-teman juga belajar tentang semangat belajar dari murid-murid di desa itu. mereka begitu bersemangat untuk belajar, mereka juga sangat sopan terhadap gurunya, manfaat lainnya yaitu mempererat pertemanan sesama mahasiswa, selama disana, kami harus bekerja sama dan saling membantu karena kami tidak bekerja secara individu tapi tim, dan terakhir saya dan teman-teman mengenal lebih dekat masyarakat.

Sekian ceritanya, semoga bermanfaat. Bagaimana menurutmu?