No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Cara Juri Menilai & Memilih Pemenang di Lomba Debat

Topik KontenDebat B.Inggris
Kategori KontenKelas Debat Dasar
Lisensi Pemilik KontenDaily Blogger Pro
Lisensi Konten GambarDokumentasi Pribadi Ketika Penulis Menjadi Juri Debat Bahasa Indonesia (LDBI) SMA 90 Jakarta
Tujuan Konten:Membantu pembaca daily blogger pro yang ingin atau akan mengikuti lomba debat agar tahu bagaimama juri lomba debat menilai performa pendebat secara objektif

Sebagai debater, objektif kita mengikuti lomba debat pastinya ingin menang, baik itu memenangkan nominasi juara umum maupun nominasi best speaker.

Tapi jarang ada debater yang ingin tahu bagaimana juri menilai performa debat dari para peserta lomba. Karena kebanyakan debater hanya menerka-nerka saja kenapa mereka menang dan kalah.

Padahal dengan mengetahui cara juri menilai sebuah lomba debat, kamu bisa memaksimalkan aspek penting yang bisa memenangkan tim debatmu maju dari babak penyisihan ke final.

Oleh karenanya, saya membuat konten ini sebagai bekal dasar sebelum ikut lomba debat. Tentu penjelasannya tidak akan terlalu teknikal, mendetail, & lebih ke pemahaman dasar karena artikel ini memang bukan membahas panduan cara jadi juri debat.

Debater Wajib Tahu! Begini Cara Juri Debat Menilai & Memilih Pemenang di Lomba Debat

Sebagian dari debater yang sudah sering terjun ke lomba debat mungkin tahu beberapa poin yang akan saya ulas, tapi untuk debater baru, membaca artikel ini bisa sangat membantu turnamen debat pertamamu, yuk disimak!

1. Bisa Memenuhi Peran Pembicara Adalah Keharusan

Bagian ini meski terlihat sangat teknikal, tapi ya mau nggak mau semua orang pasti setuju. Semua debater harus bisa memenuhi peran mereka sebagai pembicara pertama, kedua, ketiga, atau keempat (Di parlementer Asia; Reply Speaker, kalau British; Whip Speaker / Closing Gov or Opp).

Dewan juri menginginkan alur debat yang terstruktur, oleh karenanya, memenuhi peran pembicara jadi salah satu pertimbangan penilaian.

Biar lebih riil penjelasannya, enaknya pakai studi kasus yang diambil dari lomba debat asli kali ya.

Kita ambil sampel data saat penjurian NUDC 2016 tingkat nasional, sistem parlementer british, spesifiknya di hari ke-5.

Nah, kejadiannya; pembicara pertama yang seharusnya membuat pembukaan debat tidak memenuhi tugasnya, baik itu dari tim pro & kontra, konsekuensinya; 4 tim mendebatkan hal yang berbeda & debatnya jadi kurang produktif, tidak ada pertentangan / clash sama sekali, hanya ada presentasi pengajuan proposal poin dari ke-4 tim yang bertanding.

See? Dari studi kasus diatas, meski aspek teknikal seperti speaker roles dianggap sepele oleh sebagian debater, nyata-nya aspek kecil ini malah jadi bumerang untuk ke-4 tim yang saya ceritakan, debat yang mereka tampilkan kurang produktif, dan tidak relevan dengan objektif yang ada pada mosi debatnya.

2. Bisa Membuat Argumen yang Relevan dengan Mosi Debat

Setelah speaker's role, pendebat harus bisa membuat argumen yang relevan sesuai dengan mosi & posisi tim debat yang didapatkan (Pro / Kontra).

Aspek konten ini punya penilaian cukup tinggi, karena juri akan memilih argumen yang paling meyakinkan untuk dimenangkan.

Misalnya saja pendebat dari kedua tim dapat mosi "THR with goverment regulation on using School Operational Assistance (BOS) Funding to provide free meals program."

Kedua tim harus membuat argumen sesuai burden of proof (BOP) tim masing-masing, tim pro jelasin argumen kenapa kalian menyesal dengan regulasi baru dari pemerintah terkait penggunaan dana bos untuk program makan gratis.

Sebaliknya, peserta tim debat kontra, burden of proof-nya: harus menjelaskan kalau kalian nggak menyesali regulasi tersebut di dalam argumen kalian.

Ketika kedua tim debat menyampaikan argumen sesuai BOP masing-masing, juri akan membandingkan argumen dari kedua tim dan memilih salah satunya untuk dimenangkan.

3. Juri akan Memenangkan Tim yang Berhasil Memenangkan Clash dalam Pertandingan Debat

Di lomba debat, dewan juri mengharapkan adanya sesi konfrontrasi argumen dari kedua tim dengan cara mengajukan interupsi (POI) dan sanggahan (Rebuttal). Aspek responsivitas ini dinilai lebih oleh dewan juri.

Juri akan menyimak, memganalisis perbandingan argumen, & menentukan argumen mana yang bertahan, runtuh, dan layak dimenangkan dalam 1 pertandingan debat.

POI dan rebuttal memang penting, tapi ada satu aspek tambahan lagi, yaitu clash / pertentangan isu. Argumen yang dipresentasikan debater bisa saja ada banyak, 4-5 argumen, tapi semua argumen itu bisa dikelompokkan menjadi 1 tema / isu besar.

Contoh clash:
1. Fullday school regulation effectivity to improve education quality in Indonesia
2. The relationship between adding more school hours with student learning improvement

Nah, dari uraian diatas, ada 2 clash / isu besar yang dipertentangkan. Tim manapun yang bisa menjelaskan kekurangan argumen lawan dan membuktikan argumen tim-nya lebih unggul dalam menjawab pertentangan isu diatas layak dipilih sebagai pemenang.

4. Juri akan Memilih Debater yang Memiliki Skill Presentasi & Persuasi yang Baik

Saya sudah sangat sering melihat presentasi debater yang terlalu tekstual, rasanya itu bukan seperti presentasi, tapi lebih ke baca buku ala ala reading aloud gitu. Kalau presentasinya seperti ini, jelas tidak ada kontak mata, terlihat kurang menguasai materi argumen, dan kurang percaya diri.

Oleh sebab itu, dewan juri akan lebih memilih debater yang percaya diri dalam mempresentasikan argumennya, tahu betul bagaimana caranya menghormati audien yang diajak bicara dan dipersuasi; dalam hal ini juri ya, makanya intensitas kontak mata sangat penting.

Komposisinya 90% fokus kontak mata ke juri, sisa 10% ke tim lawan hanya ketika kamu akan mengajukan interupsi dan meruntuhkan argumen mereka lewat rebuttal saja.

Struktur penyampaian presentasi yang tertata pun bisa sangat membantu juri dalam mengikuti alur argumen yang kamu ajukan, intonasi, volume, & gesture tubuh bisa menjadi pelengkap yang memperkuat presentasimu.

Last but not least, usahakan presentasinya jangan undertime, semenit dua menit udah selesai, padahal kamu punya waktu 7-8 menit (tergantung sistem debatnya) untuk presentasi, alangkah lebih baiknya jika kamu memaksimalkan presentasinya dengan menggunakan waktu secara penuh.

Catatan: kalaupun kemampuan kamu saat ini belum memungkinkan untuk bisa memaksimalkan durasi presentasi argumen hingga waktu penuh; 7 menit 20 detik (LDBI) atau 8 menit 20 detik (NSDC), hal itu tidak apa-apa karena juri lebih menitikberatkan penilaian konten argumen dan cara kamu mempresentasikannya dibanding durasi waktu yang meskipun ada dalam aspek penilaian, namun poin durasi waktu sama sekali bukan jadi acuan utama dalam penilaian debat.

Penutup

Keempat aspek ini mungkin sebagiannya sudah kamu ketahui, sebagiannya mungkin jadi hal baru. Kombinasi keempat aspek yang saya ulas di artikel ini bisa meningkatkan presentasi kemenangan tim debatmu. Well, seperti biasa, semoga konten ini bermanfaat untukmu ya :)