Mengenal Apa Itu Tabulator & Tugasnya di Lomba Debat
Sebagai orang awam, spesifiknya; murid, guru, mahasiswa, & dosen yang baru pertama kali mengikuti lomba debat, yang mereka ketahui adalah semua penilaian hasil skor debat sampai pengumuman tim mana yang lanjut ke babak quarter hingga final pasti dikerjakan oleh juri.
Khusus untuk semua pihak yang saya sebutkan diatas, pemahaman ini sebenarnya masih bisa dimaklumi, namanya juga baru pertama kali berpartisipasi di lomba debat, tapi tetap perlu diluruskan ya.
Pihak yang tidak bisa saya maklumi adalah panitia yang mengadakan lomba debat tapi tidak tahu bahwa mereka harus menyiapkan tim tabulasi atau mengundang tenaga berpengalaman di bidang ini.
Oleh karena itu, konten ini saya buat bukan hanya untuk debater & pendampingnya saja, tapi untuk komunitas debat, eskul debat sekolah, ukm debat kampus, atau pihak manapun yang akan membuat lomba debat akademik format parlementer agar lomba debat bisa berjalan sesuai dengan jobdesk yang semestinya perlu menyiapkan tim tabulator.
Mengenal Tabulator, Tugas, & Konsekusinya Jika Stakeholder ini Tidak Ada di Lomba Debat
Mari kita mulai dengan pembahasan stakeholder yang kita ulas di konten ini, peran, dan bagaimana mereka bekerja serta apa konsekuensinya jika tidak tabulator di sebuah lomba debat.
1. Apa Itu Tabulator & Tugasnya Dalam Lomba Debat?
Penjelasan mudahnya, Tabulator (Tab) dalam lomba debat bertugas mengelola dan menghitung skor tim selama babak penyisihan untuk menentukan peringkat dan tim yang lolos ke tahap berikutnya. Untuk detail tugasnya, ini yang dilakukan tabulator:
- Menginput Skor individual debater / tim debat yang diberikan oleh tim juri (Menyesuaikan lomba debat yang diikuti, kalau lomba debat berbasis best speaker, skor yang dihitung adalah individu - jika lomba berbasis tim, skor tim debat yang dihitung).
- Skor rerata dari peserta
- Skor standar deviasi dari peserta
- Menghitung victory point yang didapatkan peserta
Sebagai contoh, saya lampirkan data tabulasi yang dibuat tim tabulator di lomba debat NSDC 2025 tingkat provinsi DKI Jakarta:
Dari data tabulasi diatas, setelah tim juri menyerahkan skor individu debater, tabulatorlah yang menginput semua skor individu peserta, mengolah semua skor babak penyisihan hingga final untuk menentukan skor rerata dan standar deviasinya. Untuk detail cara perhitungannya, saya sudah pernah membahasnya di artikel yang ini:
👑 Materi Rujukan Tabulator Lomba Debat

Tabulator Lomba Debat
Formula Menghitung Skor Rerata & Standar Deviasi
2. Apa Konsekuensinya Jika Tidak Ada Tabulator Dalam Lomba Debat?
Masih ingat dengan apa yang saya tulis di paragraf ketiga?
Ada beberapa alasan dan pertimbangan rasional yang membuat saya kurang bisa memaklumi lomba debat yang tidak menyiapkan atau mengundang tenaga tabulator profesional di lomba debat. Ini dia alasan dan konsekuensi yang akan dirasakan semua pihak: peserta, juri, & panitia:
2.1) Tertundanya jalannya lomba termasuk penjadwalan (match-up) ronde debat & Membebani Juri
Secara objektif, baik itu lomba debat skala kecil, menengah, hingga besar, pada ronde 1 mungkin tidak akan ada kendala berarti, toh di ronde awal memang belum ada skor yang harus dihitung dan diolah hasilnya.
Namun ini tidak berlaku untuk ronde 2 - final, semua peserta termasuk pendamping (guru, dosen, pelatih, orangtua, & tim pendukung) pasti ingin tahu berapa skor individual, tim, poin pemenangan (victory point), siapa tim lawan mereka di ronde selanjutnya, mosi apa yang akan diperdebatkan di ronde lanjutan, & posisi tim mereka.
Tapi sayangnya semua wishlist yang saya sebutkan diatas yang memang merupakan hak yang harus didapatkan oleh peserta bisa tertunda dalam waktu lama karena tidak ada tim tabulator.
Ketika tidak ada tim tabulator, panitia akan memaksa mewajibkan juri untuk mengerjakan tugas diluar jobdesc mereka; mengolah hasil skor peserta dari seluruh ruangan debat diwaktu bersamaan.
Masih syukur kalau jurinya ada banyak, misal; minimal 3 orang, ketiganya bisa saling membantu mengolah skor, tapi kenyataan dilapangan tidak se-ideal itu, saya pernah menjuri lomba sendirian, tidak ada wakil dan staf juri sama sekali.
Di kondisi ini, saya harus menjuri tim debatnya secara bergiliran, misal ada 6 tim, jadi 1 hari hanya bisa melaksanakan 1 babak penyisihan secara bergiliran untuk keenam tim tersebut, model seleksi realistis yang bisa saya terapkan di lomba ini adalah sistem eliminasi (hanya ada 1 babak penyisihan), besoknya, tim dengan skor tertinggi di babak penyisihan, langsung maju ke semi-final dan final.
Masalah lainnya yang harus saya urusi adalah setiap kali saya selesai menjuri 1 ronde debat, saya harus mengerjakan 2 jobdesk sekaligus-sebagai juri dan tabulator-menghitung dan mengolah data skor semua peserta untuk bisa membuat match-up yang butuh perhitungan data berikut:
- Skor individual debater
- Skor tim debat
- Skor rerata dari peserta
- Skor standar deviasi dari peserta
- Victory point
- Menentukan mosi debat selanjutnya termasuk memberikan konteks jika diperlukan
- Pembagian posisi tim debat (Pro / Kontra)
- Menampilkan semua metrik diatas ke slide presentasi untuk peserta
- Bersiap untuk menilai performa debater di ruangan debat
- Memberikan verbal adjudication kepada peserta setelah 1 ronde debat selesai
- Terkadang peserta juga meminta feedback personal setelah ronde debat selesai
Dear panitia lomba debat, coba kalau kamu ada di posisi juri yang merangkap tugas sebagai tabulator, sanggup mengerjakan semua jobdesk itu sendirian? Apalagi panitianya hanya menginginkan ada 1 juri saja untuk lomba debatnya. Nah, I quit, silahkan tim panitianya aja yang jadi jurinya ya, iya kamu aja. :)
2.2) Kesalahan dalam Pencatatan dan Rekap Hasil Skor yang Merugikan Peserta & Juri
Konsekuensi kedua yang bisa dibilang lebih chaos lagi dibanding konsekuensi sebelumnya adalah ketika saya dan teman-teman juri debat lainnya sudah bekerja se-profesional mungkin, eh panitianya sendiri yang berulah dan membuat lomba debatnya jadi kacau tapi yang diminta tanggungjawab malah jurinya. 🤨
Untuk memudahkan penjelasan diatas, saya jelaskan dalam bentuk cerita ya, tentunya berasal dari pengalaman riil dari pengalaman saya menjuri banyak lomba debat.
Kasus pertama: saya dan dua rekan juri sudah menilai dan menghitung skor dengan tepat, kita bertiga sudah sepakat dan tahu yang akan maju ke babak semifinal adalah sekolah A vs B, dan sekolah C vs D.
Kami serahkan rekap skor dan tim yang maju ke semifinal ke panitia, and u know, kejadian menyebalkan ini terjadi; panitia salah menulis nama tim yang maju ke semi final, akhirnya tim yang harusnya lolos, digagalkan oleh panitia, ketika kami dari tim juri menyadari kesalahan rekap data yang dilakukan panitia, sayangnya itu sudah terlambat, meski perwakilan guru sekolah yang digagalkan oleh panitia ini masih standby di lokasi lomba, tapi muridnya sudah langsung pulang karena kecewa.
Ketika kami mengoreksi kesalahan panitia tersebut dan mempublikasikan hasil yang sebenarnya di slide, wajar saja kalau perwakilan sekolah yang ada di lokasi langsung kecewa dan protes ke panitia karena kesalahan fatal tersebut, muridnya yang sudah di jalan harus kembali lagi ke lokasi lomba, dan respon yang diberikan panitia kepada pihak sekolah adalah kesalahan rekap skor ini tanggungjawab juri.😑
Alhasil, lomba debatnya tertunda 30 menit lebih karena harus menunggu 1 tim pemenang yang sedang diperjalanan ke lokasi lomba kembali. Jelas ini merugikan peserta, guru, dan tim pendukungnya yang hadir di lomba, terlebih lagi juri yang sudah bekerja secara profesional dan benar juga dirugikan karena kesalahan panitia dilempar ke juri dengan dalih yang menilai skor peserta kan juri, bukan panitia.
What an irresponsible argument it is.
Masalah ini nggak akan terjadi jika yang merekap hasil skor dari juri adalah tabulator berpengalaman. Tabulator dan juri berpengalaman sudah sering bekerjasama dan tahu tugasnya masing-masing, dan jika terjadi kesalahan, pihak yang melakukan kesalahan akan mengakui dan bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.
So, dear panitia lomba debat yang masih punya keyakinan kalau lomba debat cuma butuh undang juri aja, mending rubah deh mindset ini, undang juga tabulator lomba debatnya ya, biar lomba debat yang mau kamu adain di sekolah / kampusmu bisa berjalan sukses.
Kami, juri yang kamu undang, tugasnya membantu kamu memastikan peserta dinilai seadil mungkin, bukan jadi kambing hitam yang panitia lakukan karena nggak menyediakan tim tabulator, catat hal ini ya.
Kasus kedua: masih berkaitan dengan skoring lomba debat, pengalaman menjuri yang pernah saya alami ketika berurusan dengan panitia lomba debat yang nggak menyediakan tabulator adalah tidak tertibnya berkas administrasi dalam proses skoring.
Biar saya permudah penjelasannya, jadi saya dan rekan juri lainnya sudah menjalankan tugas di ruangan debat kami masing-masing, kertas rubrik penilaian kami serahkan ke panitia.
Kekacauan yang terjadi; rubrik penilaian hasil debatnya dibawa satu orang panitia, dan panitia tersebut meninggalkan lokasi lomba debat, pergi kemana? Well, panitia tersebut masuk ke kelas perkuliahan & yang mengajar matakuliahnya adalah ketua program studi (Kaprodi), kami dari tim juri meminta panitia yang berada di lokasi lomba debat untuk mengambil berkas yang dipegang temannya, tapi mereka gagal karena kaprodi tidak mengizinkan jam mata kuliahnya diganggu, alhasil, juri dan peserta menunggu 2 jam lebih sampai mata kuliah dari kaprodi itu selesai.
Dear panitia, kalau kamu jadi juri dan peserta, apa yang kamu rasakan secara objektif di situasi seperti ini?
Yup, betul sekali, baik itu juri dan peserta, tidak akan mau mengikuti lomba debat yang kalian adakan lagi di masa mendatang.
Yang harusnya bisa langsung nampilin hasil rekap skor dan match up untuk ronde debat selanjutnya dalam hitungan 10 menit, ini tertunda sampai 2 jam lebih, hebat sekali.
Kalau di lomba debatnya ada tim tabulator, kami dari pihak juri akan lebih memilih menyerahkan hasil skornya kepada tabulator ketimbang panitia untuk meminimalisir kejadian menyebalkan seperti ada panitia yang membawa berkas penjurian dan seenaknya pergi dari lokasi lomba untuk lanjut kuliah.
Dari konten ini, saya ingin memberikan ilmu tidak hanya untuk pembaca, spesifiknya debater, tapi juga untuk panitia lomba debat agar mereka menyiapkan tim tabulator profesional agar lomba debatnya bisa berjalan lancar dan tidak ada pihak yang dirugikan seperti yang saya dan peserta alami sebelumnya. Well, semoga konten ini bermanfaat buatmu ya.
Posting Komentar